Kita semua pasti memiliki memori masing-masing jika berbicara tentangĀ Piala Dunia. Akan tetapi, kebanyakan memori tersebut adalah Piala Dunia Laki-Laki. Jika kita bertanya kepada publik, hampir pasti tidak banyak yang mengikuti perkembangan Piala Dunia Perempuan.
Seperti semua orang, pengalaman penulis pertama kali menonton Piala Dunia tentu saja adalah Piala Dunia Laki-Laki. Tepatnya Piala Dunia Laki-Laki pada tahun 2010.
Saat itu penulis masih duduk di bangku sekolah dasar. Walau begitu, penulis merasa kurang terkesima dengan turnamen ini. Ini karena keempat tim Asia yang bertanding saat itu tidak ada yang melangkah jauh. Korea Utara dan Australia tidak mampu lolos dari Babak Grup, sementara Korea Selatan dan Jepang kalah di Babak 16 Besar.
Lalu penulis dikenalkan dengan sepak bola perempuan. Dan tentu saja, turnamen yang mengubah segalanya itu. Piala Dunia Perempuan 2011.
Sebelum Turnamen
Pada tahun 2011, tepatnya tanggal 11 Maret, Jepang dilanda bencana tsunami. Tsunami ini begitu hebat sehingga menewaskan setidaknya 15.000 orang. Bencana tsunami ini juga membuat begitu banyak warga Jepang yang terkena area tsunami kehilangan tempat tinggalnya.
Dalam situasi ini lah, timnas sepak bola perempuan Jepang berangkat ke Jerman untuk menjalani Piala Dunia Perempuan 2011. Jepang sendiri meskipun langganan turnamen Piala Dunia Perempuan, bukanlah tim yang diperbincangkan sebelum turnamen. Mereka tampil sebanyak lima kali dan empat diantaranya berakhir di Babak Grup. Pada satu edisi mereka melangkah ke Babak Gugur, yaitu edisi 1995, mereka langsung diterkam Amerika Serikat dengan skor 0-4 pada laga tersebut. Tidak aneh jika mengatakan Jepang akan mengalami nasib yang sama di Piala Dunia edisi ini.
Saat Turnamen
Jepang tampil superior saat Babak Grup. Di dua laga pertama, Jepang menang 2-1 dan 4-1 melawan Selandia Baru dan Meksiko. Kapten mereka, Sawa Homare, bahkan mencetak Hat-Trick saat melawan Meksiko. Kekalahan 2-0 melawan Inggris di laga terakhir pun tidak menjadi persoalan.
Melawan tuan rumah Jerman, Jepang yang sebelumnya tidak pernah menang secara mengejutkan mengalahkan Jerman dengan skor 0-1. Gol tersebut bahkan datang di menit 108 pada saat Babak Perpanjangan, sehingga sangat menyakitkan untuk tuan rumah Jerman. Kemenangan 3-1 melawan Swedia di Babak Semi-Final pun membuat mereka bertemu Amerika Serikat di Babak Final. Lagi-lagi, lawan yang tidak pernah mereka kalahkan sebelumnya. Sebelum mereka bertemu di Babak Final ini, mereka sudah bertemu 25 kali. Jepang hanya mampu bermain imbang pada tiga laga, sisanya berbuah kekalahan.
Pada Babak Final itu, nyaris semua pundit sepak bola perempuan menjagokan Amerika Serikat. Selain karena rekor pertemuan mereka dengan Jepang, Amerika Serikat juga saat itu sedang mengincar gelar Piala Dunia ketiga mereka. Dan tampaknya gol Alex Morgan di menit 69 akan mengantarkan hal tersebut untuk Amerika Serikat.
Namun, gol Miyama Aya di menit 81 membuat Jepang memaksakan Babak Perpanjangan. Abby Wambach kemudian membawa Amerika Serikat unggul di menit 104. Tapi lagi-lagi Jepang menyelamatkan diri melalui gol Sawa di menit 117. Meskipun Iwashimizu Azusa menerima kartu merah, Jepang tetap berhasil bertahan dan memaksakan Adu Penalti.
Pada Adu Penalti ini, Jepang berhasil memenangkan duel mental dengan Amerika Serikat. Kiper Kaihori Ayumi berhasil menepis dua dari tiga tembakan gagal Amerika Serikat. Kumagai Saki, yang saat ini menjadi kapten Jepang di Olimpiade 2024, berhasil memastikan Jepang menjadi Ratu Sepak Bola Dunia dengan tembakan penaltinya.
Setelah Turnamen
Jepang mendedikasikan trofi ini untuk rakyat Jepang yang masih bersedih akibat bencana tsunami itu. Dan, untuk penulis sendiri? Penulis pun jatuh cinta pada sepak bola perempuan. Mungkin masih lama bagi penulis untuk melihat tim sepak bola putra Asia untuk mencapai titik teratas sepak bola. Namun, pada satu malam magis di Frankfurt itu, penulis bisa melihat tim Asia sebagai Ratu Sepak Bola Dunia.
Simak informasi sepak bola terbaru secara lengkap di shotsgoal.com.