Eks pilar Inter Milan, Sully Muntari menyebutkan bahwa, Ibrahimovic tak punya Ballon d’Or karena hanya terlalu banyak bicara saja.
Pada sebuah wawancara, ia mengungkapkan pandangannya bahwa kepribadiannya yang blak-blakan dan keterusterangannya dalam mengungkapkan pendapat adalah alasan utama mengapa ia tidak pernah meraih penghargaan bergengsi tersebut. Di bawah ini SPORT INGHAVE akan membahas tentang, Ibrahimovic tak punya Ballon d’Or karena terlalu banyak bicara.
Karier Ibrahimovic
Ibrahimovic memulai perjalanan profesionalnya di Malmö FF pada tahun 1999. Hanya dalam waktu singkat, ia mulai meninggalkan jejak yang signifikan. Dengan lebih dari 570 gol di berbagai kompetisi, ia telah meninggalkan dampak yang tak terlupakan di setiap klub yang ia bela.
Klub-klub seperti Ajax, Juventus, Inter Milan, Barcelona, Paris Saint-Germain, Manchester United, dan AC Milan menjadi saksi atas dedikasinya dan skillnya yang luar biasa.
Di level individu, Ibrahimovic telah meraih sejumlah penghargaan, termasuk gelar liga di berbagai negara serta trofi bergengsi lainnya. Pada tahun 2013, dia mencapai poin tertinggi dalam pemungutan suara Ballon d’Or, di mana ia menduduki posisi keempat.
Meskipun mencetak 30 gol di tahun tersebut dan memberikan banyak assist. Penghargaan itu tidak jatuh ke tangannya, lebih karena persaingan segitiga yang ketat dengan Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Sejak saat itu, talenta dan kemampuan Ibrahimovic di lapangan sering kali diabaikan dalam konteks penghargaan individu.
Alasan Ibrahimovic Tak Dikenali Oleh France Football
Dalam wawancaranya yang paling aktual, Ibrahimovic dengan tegas menyatakan bahwa Ballon d’Or adalah “penghargaan politik.” Menurutnya, penghargaan ini tidak selalu dinilai berdasarkan performa terbaik di lapangan.
“Jika saya tidak memenangkan Ballon d’Or, itu karena saya berbicara apa yang saya pikirkan. Dan tidak cocok dengan cetakan sempurna yang dimiliki pemenang sebelumnya,” terang Ibrahimovic dengan sinis. Ia merasa bahwa banyak pemain yang lebih “ramah” dan cocok dipandang oleh publik menjadi kandidat utama dalam memenangkan penghargaan ini.
Ia melanjutkan, “Mereka menginginkan ‘Mr. Perfect’. Jika Anda berbicara dan mengatakan apa yang Anda pikirkan, Anda tidak akan mendapatkannya.” Pandangan kritis ini memunculkan refleksi mengenai integritas penilaian yang berlaku. Di mana karakter dan citra sering kali lebih mendapat perhatian ketimbang performa di lapangan yang sebenarnya. Ibrahimovic berusaha menyinggung bahwa seharusnya penilaian terhadap pemain tidak hanya berlandaskan pada citra publik, tetapi juga pada hasil nyata yang telah mereka capai.
Ketidakpuasan Ibrahimovic ini jelas mencerminkan pengalaman pahitnya ketika berada di dunia sepak bola elit. Meskipun banyak pemain berbakat di luar sana, hanya sedikit yang berani untuk menyuarakan pandangannya dengan lugas. Hal ini menunjukkan keberaniannya untuk berbicara, meskipun sering kali berisiko bagi reputasinya sendiri.
Baca Juga: John Wall Mencoba Siaran, Masih Berharap Kembali ke NBA
Dampak Kepribadian Ibrahimovic Dalam Kariernya
Kepribadian Ibrahimovic yang blak-blakan dan kepercayaan dirinya yang tinggi merupakan dua sisi mata uang. Di satu sisi, sikap tersebut telah membawa banyak keuntungan, menjadikannya sebagai pemain yang menarik dan berpengaruh.
Di sisi lain, kepribadiannya sering kali menjadi boomerang yang menyakiti dirinya. Kehadiran kontroversi dari pernyataannya tidak jarang membuatnya menghadapi kritik dari media dan fans yang menilai sikapnya arogan dan tidak menghargai sportivitas.
Selama kariernya, Ibrahimovic diingat dengan banyak pernyataan kontroversial. Salah satu momen kunci adalah ketika ia menyatakan bahwa dirinya adalah “yang terbaik” dalam sebuah wawancara. Sementara beberapa orang menganggap ini sebagai bentuk kepercayaan diri, yang lain menyebutnya egosentris.
Di balik semua itu, Ibrahimovic tetap berpegang teguh pada prinsipnya, bahwa kepercayaan diri adalah kunci untuk meraih prestasi di dunia olahraga. Mempertahankan keberhasilan dalam lingkungan yang kompetitif memang memerlukan sikap yang tegas, dan ia memahami hal ini dengan baik.
Penggemar juga merasakan ketegangan ini antara kepribadian dan profesionalisme Ibrahimovic. Meskipun ia dikenal sebagai sosok yang dicintai, ada juga keraguan yang muncul ketika membahas siapa sebenarnya yang lebih pantas untuk mendapatkan penghargaan seperti Ballon d’Or. Karakter yang kuat ini memang menjadikannya salah satu pemain paling berpengaruh, namun sering kali menjadi penghalang dalam pencapaian individu.
Perbandingan dengan Pemenang Ballon d’Or Lain
Ketika membahas perbandingan dengan pemenang Ballon d’Or lainnya, sebuah pertanyaan mengemuka, “Bisakah kepribadian mengubah hasil pemungutan suara?” Pemain seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo dikenal dengan karakter yang lebih akomodatif dan optimal dalam berinteraksi dengan media dan penggemar.
Keberhasilan mereka merebut penghargaan seolah menjadi cerminan dari ketulusan dan konsistensi dalam karakter mereka.
Dengan ciri khas kepribadian yang mencolok, Ibrahimovic menggarisbawahi bahwa bukan hanya keterampilan di lapangan yang diperhitungkan. Cara seseorang “menjual” dirinya kepada publik juga menjadi faktor penentu.
“Ini adalah penghargaan politik,” ungkapnya, menyoroti bagaimana keputusan untuk memberikan penghargaan kerap kali berkaitan dengan bagaimana seseorang dipersepsikan oleh publik. Dalam hal ini, kepribadian Ibrahimovic bisa dianggap sebagai penghalang baginya untuk mendapatkan pengakuan lebih lanjut. Meskipun secara statistik ia adalah salah satu yang terbaik.
Analisis ini berlanjut di antara para ahli olahraga yang menilai ketidakcocokan karakter Ibrahimovic dengan kategori pemain lain menjadi aspek krusial dalam pemilihan.
Mereka berpendapat bahwa kehadiran pemain dengan story inspirational menjadi magnet bagi suara. Dibandingkan dengan kepribadian yang cenderung kasar atau terlalu te gas seperti Ibrahimovic. Di sisi lain, meskipun aksinya yang sering menimbulkan masalah, hal itu tak bisa dipungkiri bahwa ia memberikan banyak momen berharga dalam sejarah sepak bola.
Respon Pengamat Sepak Bola
Pernyataan-pernyataan Ibrahimovic telah memicu berbagai respons dari pengamat dan analis sepak bola. Beberapa dari mereka menunjukkan dukungan terhadap argumennya bahwa kepribadian dan karakter mesti dipertimbangkan lebih dalam pada saat pemberian penghargaan.
Analisa ini diperkuat dengan hasil pengamatan terhadap cara-cara di mana para kandidat pemenang diperlakukan media dan komunitas sepak bola secara keseluruhan.
Ibrahimovic bahkan mendapat julukan “pemain yang tidak pernah menghentikan berbicara” karena kecenderungannya untuk selalu menjadi pusat perhatian.
Kalimatnya “Saya adalah Zlatan, dan dunia sepak bola tidak akan pernah melihat yang seperti saya lagi” mencerminkan betapa ia yakin dengan pencapaian dan identitas yang ia bentuk selama bermain sepak bola. Pandangannya membuktikan bahwa kepribadian merupakan salah satu faktor yang membedakan bukan hanya kualitas teknis tetapi juga daya tarik di mata publik.
Kesimpulan
Zlatan Ibrahimovic merupakan salah satu striker terbaik dalam sejarah sepak bola, dan ketidakhadirannya dalam daftar pemenang Ballon d’Or menjadi topik menarik yang penuh nuansa. Kepribadiannya yang kuat dan keterusterangannya bukan hanya menjadikannya pemain yang ikonis tetapi juga menjadi penghalang ketika mempertimbangkan Penghargaan Bola Emas tersebut.
Meskipun ia tidak pernah menikmati kesuksesan dalam bentuk penghargaan individu yang paling didambakan, prestasinya sebagai seorang atlet tidak bisa dipandang remeh.
Dengan lebih dari 570 gol dan 33 trofi di level klub, Ibrahimovic membuktikan bahwa performa di lapangan berbicara lebih keras daripada sekedar satu pengakuan. Pernyataan-pernyataannya yang provokatif mengenai Ballon d’Or hanya menegaskan posisi uniknya sebagai seorang pemain lefenda.
Bagaimanapun juga, keberanian Ibrahimovic untuk mengungkapkan pandangannya telah memberikan inspirasi bagi berbagai generasi penggemar sepak bola. Menciptakan warisan yang melalui tahapan waktu, tetap menjadi salah satu dialog yang penting dalam sejarah sepak bola.
Demikian kabar terbaru seputar sepak bola yang merangkum tentang, Ibrahimovic tak punya Ballon d’Or karena terlalu banyak bicara. Jangan ketinggalan informasi seputar Sepak Bola terbaru yang akan datang lainnya ya!